Balik Kampung

Siapa yang bisa mengira, kalau Jakarta menjadi bagian dari perjalanan kisah hidupku. Dulu aku pikir Jakarta itu hanya menjadi angan-anganku belaka. Namun akhirnya Tuhan berkata kalau Jakarta telah sah menjadi kota tempat aku menjemput rezeki, dan kota yang melengkapi kamus percakapanku setidaknya satu tahun terakhir. Satu tahun ini pula aku berkarir di Ibukota yang sebentar lagi gelarnya pensiun.

Namun, dibalik itu, ada satu momen yang bagiku amat sakral dan selalu kutunggu-tunggu waktu kedatangannya. Pulang Kampung.

Berjarak 500KM lebih dari Ibukota, tapi rasanya amat dekat. Jauh jika dilihat angka jaraknya, namun dekat jika dilihat dari atas langit sana. Apa maksudnya? Ga tau biar puitis aja. 😂

Yah namanya juga anak baru, rasa pengen pulang sejujurnya terus menghantui. Terlebih jika tanggal sudah menunjukkan angka 1 (satu). Tidak memungkiri bahwa pikiran ini terus memaksa otak kiri untuk mengalokasikan dana pulang pergi.

Tapi beneran loh, aku bisa aja pulang kapan aja sesuai yang aku mau. Tapi cashflow jadi pertimbangan utama.

Kalau bicara nominal, sejak pertalite resmi naik, biaya PP itu bisa sampai 650K. Angkanya udah aku mentokin include ojek dan jajan. Meskipun armada solar yang aku naiki ini sudah menyediakan fasilitas makan malam. Tapi yang namanya perut, kadang suka ngambek pengen ini dan itu kalau ga dipenuhin karepnya. Alhasil biaya manjakan perut juga jadi hitungan tersendiri.

Balik lagi ke Pulang Kampung tadi ya. Sebenernya ini momen aku recharge energi. Atau bahasa lainnya mundur sebentar untuk melangkah lebih jauh. Yang pasti, ada banyak hal yang aku dapatkan di rumah. Ga selalu berbentuk materi, tapi lebih ke sesuatu yang ga bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Makanya aku sebut recharge tadi.

Nah, hal-hal kayak gini cuma orang merantau yang bisa merasakan. Cobalah sesekali merantau. Ngerasain terima gaji di kota orang terus bikin seneng orang rumah itu sesuatu banget. 😊

2 thoughts on “Balik Kampung”

  1. Bahkan yg jaraknya 124km aja perihal pulang kampung pun sangat dikalkulasikan sekali ….pulang kampung di usia jadi pekerja itu sentimentil….dgn segala tanggungjawab dipundaknya, memilih tak pulang hanya demi mereka yg dikampung bahagia adalah bentuk keegoisanku yg aku junjung…saat ini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top