Gerbong Doa Tembus Langit

Seperti biasa jika ada kawan saya yang sedang umroh, kolega saya yang naik haji, atau teman saya yang sedang merayakan resepsi pernikahan, saya pasti menodong mereka untuk mendoakan saya.

Ketika saya bertemu dengan orang-orang yang saya sebutkan diatas, saya sengaja memasang perangkap ketika berjabat tangan atau disaat mengobrol dengan mereka, seketika saya alihkan fokus mereka untuk mengaminkan doa saya disaat itu juga. “Tolong doakan saya”. Nah jika mereka bertanya mau didoakan apa, saya sebut satu per satu, reflek dengan hajat apa yang saya pikirkan saat itu.

Sebagai cerita, bulan lalu saya diundang ke resepsi pernikahan teman saya. Setelah saya lihat jarak yang tertera di undangan, rupanya tidak begitu jauh, hanya di sekitaran Bekasi, namun Bekasi bagian dalam yang ternyata membutuhkan waktu lumayan lama dari stasiun KRL terdekat 😀. Sesampainya di lokasi dan ketika datang giliran saya bersalaman kepada pengantin, sembari mengucapkan selamat, saya langsung dekatkan mulut saya dan berbisik memintanya mendoakan saya saat itu juga. Sudah tentu kalau di acara pernikahan saya meminta agar dapat dipertemukan jodoh terbaik.

Hal yang sama ketika saya sedang pulang kampung minggu lalu. Saya dengar ada teman saya yang saat ini bekerja di kota kelahiran saya, dan kebetulan dia baru jadi pengantin baru. Tanpa pikir panjang saya langsung kontak saja dia dan menawarkan mereka berdua untuk singgah mengunjungi rumah saya jika sempat. Singkat cerita karena mereka sedang makan di luar, saya samperin saja karena kebetulan jarak restorannya dekat dengan rumah saya. (Sebenarnya tidak ada yang benar-benar jauh di Kota saya 😀). Niat hati hanya ingin silaturahmi dan memintakan doa, namun ternyata saya diberikan ilmu dan cerita menarik tentang pengalaman pertemuan mereka.

“Pasir jika terlalu digenggam maka dia akan jatuh dan tak bersisa, namun kalau tangan kita tengadahkan, maka dia akan memenuhi telapak kita”. Kira-kira begitu salah satu nasihat yang disampaikan pada saya. Saya cukup kagum dengan kisah bagaimana mereka bertemu dan akhirnya menikah. Tak lupa di sela-sela pembicaraan, dengan tatapan yang cukup serius dan postur yang agak mendekat, saya mengatakan pada mereka dengan perlahan “tolong doakan saya ya” mereka sudah paham doa apa yang saya minta.

Hal yang sama ketika ada teman saya yang sedang berangkat umroh, berkunjung ke Baitullah dan Makam Rasulullah, saya langsung japri dan menitipkan doa pada mereka. “nitip doa ini dan itu yaa”, kata saya.

Saya punya keyakinan, kalau orang sedang berbahagia dalam ibadah, maka doanya tembus langit. Dan kebahagiaan itu diantaranya sering saya dapatkan saat orang tengah berkunjung ke Baitullah atau saat mereka jadi pengantin baru. Doa mereka pasti memiliki jalur khusus sebab menjalankan ibadah yang super sulit (ke Baitullah dan menikah itu ibadah yang sangat sulit). Saya tidak ingin ketinggalan rombongan kereta doa mereka, makannya saya minta mereka untuk turut mendoakan saya. mudah-mudahan doa saya masuk ke gerbong mereka dan diterima oleh Yang Maha Pengabul Doa.

Mintakan doa apa saja yang baik-baik, lebih bagus lagi jika dapat menyebutkan secara spesifik apa yang sedang menjadi kebutuhan dan keinginan kita. Kelimpahan harta yang sedang diperjuangkan, kemudahan pekerjaan yang sedang dilakoni, kesuksesan dalam karir, keberhasilan dalam kuliah, atau jodoh yang ingin ditemukan. Mintakan saja pada mereka-mereka yang sedang berbahagia lantaran ibadah mereka. Todong dan pastikan mereka menjawab aamiin. Semoga doa dan keinginan kita terkabul satu demi satu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top